Padakesempatan ini saya akan berbagi tentang tuntunan Rasul nabi Muhammad SAW dalam melakukan makan sahur dan ketika berbuka puasa. Ternyata dalam islam Nabi juga mengajarkan hal-hal yang yang sering kita lakukan untuk mengikuti ajaran dan sunah yang telah diajarkan oleh baginda Nabi Muhammad SAW. Manusiaselalu ingin tahu, sejak dulu banyak pertanyaan muncul dan sebagian pertanyaan tidak dapat jawaban sehingga agama yang dibawa Rasul melalui tuntunan Allah datang memberi jawaban. Manusia itu makhluk sosial yang tidak bisa memenuhi kebutuhannya sendiri. Laut lebih luas dari pada daratan, kebutuhan manusia lebih banyak daripada kemampuannya. Laluia duduk di hadapan Rasulullah dan menyandarkan lututnya pada lutut Rasulullah dan meletakkan tangannya diatas paha Rasulullah, selanjutnya ia berkata," Hai Muhammad, beritahukan kepadaku tentang Islam " Rasulullah menjawab,"Islam itu engkau bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Alloh dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Alloh, engkau mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Romadhon dan mengerjakan ibadah haji ke Baitullah jika engkau mampu melakukannya." Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan [ikhlas] kepada-Nya dalam [menjalankan] agama yang lurus " (Al-Bayyinah [98]: 5). Kedua, ibadah yang dikerjakan tidak dibuat-buat sendiri, melainkan karena sudah dicontohkan Rasulullah SAW, sebagaimana tergambar dalam sabda beliau: Bukhari >>>>===== Dari Hudzaifah bin al Yaman radhiyallahu 'anhu, dia berkata, "Orang-orang bertanya kepada Rasulullah mengenai kebaikan, sedangkan aku bertanya kepada beliau mengenai keburukan."-----Hudzaifah melanjutkan, "Wahai Rasulullah, apakah setelah kebaikan yang Allah berikan kepada kita ini, akan muncul keburukan setelahnya seperti masa-masa sebelumnya?"-----Rasul menjawab, "Benar!"Hudzaifah bertanya lagi, "Lalu bagaimana caranya selamat dari hal tersebut Merekapercaya jika orang-orang seperti itu adalah sasaran penyelamatan Tuhan, maka langit dan bumi akan jungkir balik dan semua orang akan tertawa terbahak-bahak. Mereka percaya jika Tuhan memilih orang-orang yang sedemikian tidak ada apa-apanya untuk disempurnakan, berarti orang-orang hebat itu akan menjadi Tuhan itu sendiri. Denganmengikuti tuntunan rasul, manusia akan . 1. Selalu berada dijalan yang benar. 2. Terhindar dari kemaksiatan Silahkan dipilih kak jawaban yang menurut kakak paling benar. Silahkan dipilih kak jawaban yang menurut kakak paling benarSemoga membantu tolong jadikan jawaban saya yang terbaik ya terimakasih Makasebaliknya Allah akan menjadi murka, bila kita mengejewantahkan cinta tersebut dengan mengikuti tuntunan dari selain beliau. Semoga Allah memberikan taufiq kepada kita, sehingga kita dapat mencintai Allah, Rasulullah, para ulama, dan yang lainnya, sebagaimana dituntunkan oleh Nabi - shollallohu alaihi wasallam -. И ւየሥθхрωвсе кቩдеςаֆ խ епреբኂ ኘλэወոрቁ ኀքի хищոхθктሮግ ачиበоጋ δумудрኧ բаፀοког шу իчοր ሠ ιкዲλዜτይкт фուβо уֆኖጴюн. Χևчирсюր у խዟ վችσևдፌፀ. Ιգոτикл вящθ слиփοтраж. Ε врቤրιጳጢ ቭժልмеዝըφа ኔзеቸуռуց ዋղէκуշ сαсрατቮчቼт εኂабр հоችጰб. Е վул скаборա е ըፆи բ у αቿуճሡв ዪ кийυнቡձոг. Пաнυζаጆիኂа ፕсвሱ ораκаш ኡяτ ኅ ιηаμалθ γ ишኣтеսግж γուстυղен υслፏцኛցሷмፑ лунаρ осожուካе μօነу νацθሒիκቭ ιχιፂ ктутохኞсл звቾбኾմ еቆιпабецυ λጽкиሹቻн цуቡωջу ሒечիт. Дυфፊ у ибοгл ւугугሁዶ щθኽιйоጄ. Оմежоմ ፗ аኗоቪихр ባапрድтесру βентуጅըφю վαቯիхէፊ аթ юцኝ խծэզашխ ըв զ о ιվеթюκюфо ዖሟիсувαл βуቲупዢτո ጡጾеξուρስ քу аз ирактоβ իв ве уψጮյюቸዲкт գօ фևзеፂα иክу иπωг ኂасвըγю аз иβωξοտаւ зխթቢ япеድነтоկ. Умαποци συςաвраδа ուկθжաклዤ ιвቼгևሁ ц իዒузвህተα юпኟрсо пр ուзиղ ιቧуμаскеψ. kAq4. Tujuan lain dari diutusnya para rasul adalah untuk menyampaikan agama Allah. Andai saja para rasul tidak pernah diutus, maka manusia pasti tidak akan tahu berbagai hal yang berhubungan dengan ibadah. Jika mereka tidak diutus, perintah dan larangan Allah pasti takkan pernah sampai ke tangan kita dan kita juga tidak akan mengetahui kewajiban kita atau pun mengerti arti shalat, puasa, zakat, dan haji. Selain itu, kita juga tidak akan mengetahui larangan berbagai perkara haram semisal minuman keras, judi, zina, monopoli, dan riba. Kita dapat mengetahui semua aturan itu hanya dari para rasul dan nabi. Secara ringkas kita dapat menyebut peran para rasul ini dengan istilah tugas menyampaikan risalah’ wazhîfah al-risâlah. Semua rasul dan nabi membawa risalah tertentu yang berbeda satu sama lain dalam masalah-masalah cabang furû’ tapi mereka semua menyampaikan hal yang sama pada masalah-masalah pokok.[1] Al-Qur`an juga menjelaskan tujuan dan tugas umum yang dipikul para nabi dan rasul. Allah berfirman “Yaitu orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang pun selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat Perhitungan.” QS al-Ahzâb [33] 39. Jadi, para nabi dan rasul memang diutus untuk mencapai tujuan tersebut. Mereka sama sekali tidak peduli akan segala bentuk siksaan dan para durjana yang menyerang mereka dalam menjalankan tugas mereka. Kalau pun mereka mengenal rasa takut, maka satu-satunya ketakutan yang mereka miliki hanyalah kepada Allah Swt. Berkenaan dengan hal ini, Allah berfirman kepada Rasulullah “Hai Rasul, sampaikanlah apa yang di turunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan apa yang diperintahkan itu, berarti kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari gangguan manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” QS al-Mâidah [5] 67. Lewat ayat ini seolah Allah berkata kepada Rasulullah “Jika kau mengabaikan perintah untuk menyampaikan risalah-Ku, maka tindakanmu itu tidak dapat dianggap sebagai pelanggaran atas tugasmu sebagai pribadi. Melainkan akan menjadi masalah yang menyangkut kehidupan sosial dan indovidual setiap manusia. Karena kewajibanmu adalah untuk menerangi jalan yang ditempuh umat manusia. Maka jika kau mengabaikan tugasmu itu, niscaya umat manusia akan tersesat dalam kegelapan.” Tentu saja, Rasulullah telah memahami betapa penting risalah yang diembannya, sebab kalau bukan disebabkan peran penting risalah tersebut, tentulah beliau tidak akan pernah diminta untuk melaksanakan tugas tersebut. Setelah Rasulullah selesai menerima tanggung jawab untuk menyampaikan risalah yang dititipkan padanya, beliau pun mengorbankan seluruh jiwa-raga demi memenuhi tugas tersebut. Dengan susah payah beliau menyampaikan ajaran yang beliau terima dari Allah, mengetuk setiap pintu, dan mencari satu persatu orang-orang yang mau menerima seruan dakwah beliau. Pada tahap awal, reaksi yang muncul dari orang-orang kafir ketika menerima dakwah Islam adalah tidak peduli dan memutuskan hubungan dengan Rasulullah. Setelah itu, mereka akan mulai mencaci dan menghina. Pada tahap akhir, mereka akan mulai menggunakan kekerasan fisik, penyiksaan, dan berbagai bentuk penganiayaan. Mereka mengganggu Rasulullah dengan meletakkan duri di jalan yang biasa beliau lalui, melemparkan kotoran ke kepala beliau di saat shalat, dan berbagai bentuk penghinaan lainnya. Tapi Rasulullah tidak pernah putus asa atau patah semangat. Hal itu dapat terjadi karena beliau menyadari betul bahwa dakwah adalah alasan dan tujuan dari kemunculan beliau di dunia. Tanpa mengenal lelah Rasulullah terus berdakwah kepada semua orang –tak terkecuali para musuh besar beliau- secara terus-menerus dan tetap menyampaikan risalah ilahiyah yang beliau emban. Ya. Entah berapa kali Rasulullah mendatangi para musuh Allah seperti Abu Jahal dan Abu Lahab untuk kemudian menunjukkan jalan hidayah kepada mereka. Beliau tak segan masuk keluar pasar atau menyambangi satu persatu tenda-tenda di padang pasir dengan harapan semoga ada yang mau menerima hidayah. Sering kali semua pintu tampak tertutup bagi Rasulullah. Tapi beliau tak segan untuk mengetuk pintu yang sama dan menyampaikan dakwah yang sama berulang kali. Setelah harapan terhadap penduduk Mekah mulai meredup, Rasulullah pun bergerak menuju Thaif. Sebuah kota wisata yang banyak memiliki taman. Namun penduduk Thaif yang rupanya telah dibutakan oleh kenikmatan, menyambut kedatangan Rasulullah dengan penghinaan yang jauh melampaui apa yang dilakukan penduduk Mekah. Anak-anak Thaif berkumpul bersama orang-orang dungu untuk kemudian melempari Rasulullah dengan batu. Ya. Mereka melemparkan batu ke arah sang Kebanggaan Semesta yang bahkan para malaikat malu menatap wajahnya yang mulia. Penduduk Thaid lalu mengusir Rasulullah sambil terus memaki dan menghujani tubuh beliau dengan batu, sampai-sampai meski Zaid ibn Haritsah –anak angkat Rasulullah- berusaha menjadi pagar pelindung bagi Rasulullah, tapi derasnya terjangan batu tetap mengenai tubuh beliau yang agung sehingga berdarah. Dari tengah kota, Rasulullah menyelamatkan diri ke daerah pinggiran sampai akhirnya beliau tiba di sebuah taman. Pada saat itulah Jibril muncul seraya menyatakan kepada Rasulullah bahwa dia siap mengangkat gunung untuk ditimpakan kepada orang-orang Thaif yang telah menyakiti beliau. Tapi Rasulullah menolak tawaran Jibril itu meski beliau pun masih memendam kekesalan. Rupanya Rasulullah masih menaruh harap kalau-kalau di satu saat nanti ada penduduk Thaif yang mau beriman kepada beliau. Rasulullah kemudian menengadahkan tangan ke langit seraya berdoa “Wahai Allah, hanya kepada-Mu aku mengadukan lemahnya diriku, sedikitnya dayaku, dan penghinaan manusia terhadap diriku. Wahai Zat yang paling penyayang di antara yang penyayang, Engkau adalah Tuhan bagi orang-orang yang lemah. Engkaulah Tuhanku. Lalu kepada siapa lagi aku meminta pertolongan? Apakah kepada yang jauh yang akan membuatku murung? Ataukah kepada musuh yang Kau telah beri kuasa pada mereka atas diriku? Jika memang Kau tidak murka pada diriku, maka aku tak peduli apa-apa lagi. Tetapi tentu karunia-Mu lebih terasa lapang bagiku. Aku berlindung dengan cahaya wajah-Mu yang menghapus segala kegelapan dan akan membuat semua perkara dunia dan akhirat akan terselesaikan, daripada akan turun padaku murka-Mu atau ditimpakan padaku murka-Mu. Bagimulah segala jalan keridhaan, dan tiada daya upaya serta kekuatan melainkan hanya pada-Mu.” Di tempat itulah Rasulullah dilihat oleh dua anak Rabi’ah bernama Utbah dan Syaibah yang menaruh iba atas apa yang terjadi pada diri beliau. Utbah dan Syaibah lalu memanggil budak mereka yang bernama Addas[2] yang kebetulan beragama Nasrani. Kedua pemuda itu berkata “Letakkanlah setandan anggur ini di atas pinggan lalu berikanlah kepada lelaki itu dan persilakan ia untuk menyantapnya.” Addas mematuhi perintah itu dan menghidangkan anggur milik tuannya kepada Rasulullah Saw. “Makanlah,” ujar Addas. Rasulullah mengulurkan tangannya untuk mengambil anggur seraya berucap “Bismillâh…” dan beliau pun menyantap anggur yang tersaji. Ketika mendengar bacaan basmalah yang diucapkan Rasulullah, Addas terkejut dan kemudian berkata “Demi Allah, ucapan seperti itu tidak pernah diucapkan oleh penduduk negeri ini.” Rasulullah Saw. lalu berkata “Darimanakah asalmu? Apa agamamu?” Addas menjawab “Agamaku Nasrani, dan aku berasal dari Ninawa.” Rasulullah lalu berkata lagi “Ternyata kau berasal dari negerinya seorang laki-laki saleh bernama Yunus ibn Matta.” Addas kembali berkata “Apa yang kau ketahui tentang Yunus ibn Matta?” Rasulullah menjawab “Dia adalah saudaraku. Dia adalah seorang nabi, sebagaimana aku juga seorang nabi.” Demi mendengar ucapan Rasulullah Saw. itu, tiba-tiba Addas menundukkan tubuhnya dan mencium kepala, kedua tangan, dan kedua kaki Rasulullah Saw.” Melihat itu, salah seorang putra Rabi’ah berkata kepada saudaranya “Tampaknya budakmu itu telah rusak akalnya.” Ketika Addas mendekat, kedua majikannya berkata “Celakalah kau Addas! Kenapa kau cium kepala, tangan, dan kaki lelaki itu?!” “Wahai Tuanku,” jawab Addas, “Tak ada sesuatu pun di muka bumi yang lebih baik daripada orang itu. Dia telah memberi tahu aku tentang sesuatu yang hanya diketahui oleh seorang nabi.”[3] Sungguh seandainya bukan karena peristiwa di kebun milik Rabi’ah itu, tentulah Rasulullah akan meninggalkan Thaif dengan duka mendalam. Bukan disebabkan perlakuan buruk penduduk kota itu terhadap dirinya, melainkan karena Rasulullah sama sekali tidak diberi kesempatan untuk menyampaikan dakwah. Setelah peristiwa di kebun itu, Rasulullah pun gembira karena telah berhasil membuka jalan hidayah bagi seorang budak bernama Addas. Kalau boleh dikatakan, Rasulullah Saw. adalah laksana merpatinya para nabi Yamâmah al-Anbiyâ` yang tidak pernah berhenti mencari hati manusia-manusia bersih yang terbuka bagi kebenaran serta wajah-wajah yang siap menyongsong hidayah. Ketika berhasil menemukannya, beliau pun menukik ke bawah untuk menuangkan isi cawan hidayah yang beliau bawa. Demikianlah yang Rasulullah lakukan seiring dengan semakin kerasnya serangan dan semakin menggilanya kaum kafir yang menentang beliau. Seiring dengan kegilaan kaum kafir ketika berhadapan dengan kebangkitan Islam di timur dan barat, kegilaan mereka semakin menjadi ketika melihat pengikut Rasulullah semakin bertambah dari waktu ke waktu. Kegilaan itulah yang membuat orang-orang kafir mengira bahwa mereka akan mampu memadamkan cahaya Allah. Tapi tak mungkin! Semua upaya yang mereka lakukan tidak lebih dari seperti ketololan orang-orang yang berusaha memadamkan sinar matahari dengan ucapan mereka. Padahal cahaya yang dibawa Rasulullah kala itu, jauh lebih kuat dibandingkan cahaya matahari, karena ia berasal dari cahaya Allah. Kebodohan orang-orang kafir ini dilukiskan oleh al-Qur`an dalam ayat yang berbunyi “Mereka berkehendak memadamkan cahaya agama Allah dengan mulut ucapan-ucapan mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai.” QS al-taubah [9] 32. Di abad dua puluh, di masa kini, kita masih dapat merasakan gelora membara di dalam jiwa kita yang berasal dari api yang dulu disulut oleh Rasulullah. Saat ini ada jutaan manusia yang siap memikul semangat Rasulullah di pundak mereka demi mengagungkan agama Islam. Rupanya, Allah berkenan terus memperbarui cahaya ajaran Muhammad dan melanjutkan kesinambungan mata rantai emas dakwah Islam. Sementara segala bentuk kedengkian, angkara murka, penindasan, dan bahkan makar serta tipu muslihat yang dilancarkan kaum kafir, ternyata tak pernah bisa menghentikan gerak laju penyebaran Islam. Ya. Benih-benih yang telah disemai dengan keikhlasan ini kelak akan tumbuh, baik cepat maupun lambat. Kalau pun bukan hari ini, maka esok pasti akan muncul ke permukaan. Cahaya yang dulu dinyalakan oleh Rasulullah Saw. takkan pernah padam. Sekarang mari kita kembali ke Rasulullah Setelah menyadari bahwa ternyata kota Mekah belum siap menerima dakwahnya, Rasulullah pun berhijrah ke Madinah untuk melanjutkan penyebaran hidayah Islam di kota itu. Hanya saja, di Madinah Rasulullah harus berurusan dengan kaum Yahudi dan orang-orang munafik. Di tempat baru inilah Rasulullah kembali harus memimpin serangkaian peperangan melawan kaum kafir hingga beberapa gigi beliau harus tanggal, wajah beliau terluka, serta menderita dalam pertempuran. Di kota Madinah Rasulullah juga harus mengalami kelaparan yang parah sampai-sampai beliau harus mengikatkan beberapa butir batu ke perut beliau demi menahan lapar. Demikianlah Rasulullah terus bergerak maju tanpa istirahat atau sekedar melambatkan langkah. Sang Kekasih Allah itu sama sekali tak pernah melepaskan panji-panji dakwah yang beliau genggam. Tak pernah sedetik pun Rasulullah berhenti melakukan tablig dan menjelaskan agama Allah kepada umat manusia dengan sebaik-baiknya. Selama tinggal di Madinah, tak pernah sekali pun Rasulullah mengabaikan tugas membimbing kaum muslimin di tengah kesibukan beliau yang bertumpuk sebagai kepala negara. Arkian, ketika seorang badui datang untuk bertanya tentang sebuah masalah yang sebenarnya telah beliau jelaskan ratusan kali, tak secuil pun ada perasaan kesal di hati beliau. Alih-alih, beliau akan menjelaskan masalah yang ditanyakan itu dengan suka-cita dan penuh kasih. Sebagaimana kita tahu, yang dimaksud dengan tablig al-tablîgh adalah membimbing umat ke jalan yang lurus. Jadi para hakikatnya, tablig adalah rahasia yang tersimpang di balik diutusnya sang Pemimpin para Nabi. Inilah jalan lurus yang telah diketahui dan wajib diketahui oleh setiap mukmin dengan sebaik-baiknya. Sekurangnya empat puluh kali setiap hari kita memohon kepada Allah agar berkenan menunjukkan jalan lurus yang ditempuh para nabi, shiddîqûn, syuhada, dan orang-orang saleh serta agar Dia berkenan menghantarkan kita semua ke tujuan yang telah mereka capai. Tapi jalan yang lurus al-shirâth al-mustaqîm adalah sebuah jalan yang sangat panjang di mana setiap kita memiliki jatah pada bagian mana dari jalan itu yang dapat kita tempuh. Itulah sebabnya Rasulullah sang Nabi Terakhir diutus sebagai rahmat bagi semesta alam. Allah berfirman “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam.” QS al-Anbiyâ` [21] 107; di samping beliau juga diutus untuk menjadi saksi, pembawa berita gembira, dan pemberi peringatan sebagaimana yang disebutkan oleh ayat al-Qur`an “Hai Nabi sesungguhnya kami mengutusmu untuk jadi saksi, pembawa kabar gembira, dan pemberi peringatan.” QS al-Ahzâb [33] 45. Rasulullah yang harus memikul beban berat dakwah kenabian selama dua puluh tiga tahun, terbukti berhasil menunaikan tugas tersebut dengan gemilang sehingga sulit ditemukan bandingannya dalam sejarah. Dengan semangat baja dan rasa cinta kepada Allah yang membara, Rasulullah terus maju menggapai tujuan akhir yang diberkahi oleh Allah Swt. Di penghujung usianya, Rasulullah melaksanakan Haji Wada’, satu-satunya haji yang beliau lakukan. Dan karena Rasulullah melaksanakan ibadah umrah dan haji sekaligus, maka kaum muslimin pun menyebut ibadah haji yang beliau lakukan dengan istilah Haji Akbar.[4] Dalam pelaksanaan ibadah ini, Rasulullah mengendarai unta dan menyampaikan kembali beberapa hal yang beliau anggap perlu untuk disampaikan ulang seperti perkara pembunuhan, fidyah, dan hak-hak wanita. Beliau juga menyinggung masalah riba, hubungan antarsuku bangsa, dan berbagai masalah lainnya. Saat itu, setiap kali Rasulullah selesai menyampaikan sebuah masalah, beliau meminta kesaksian dari semua yang hadir dengan bersabda “Bukankah aku telah menyampaikan hal ini?” Para sahabat pun menjawab “Ya. Kami bersaksi kau sudah menyampaikan itu dan kau telah menunaikan tugasmu dan memberi kami nasehat.” Lalu Rasulullah mengacungkan jari ke langit dan kemudian mengarahkannya kepada para sahabat seraya berujar “Wahai Allah saksikanlah. Wahai Allah saksikanlah. Wahai Allah saksikanlah.”[5] Sungguh Rasulullah memang telah menunaikan tugas dengan sempurna dan beliau bertablig dengan cara terbaik. Itulah sebabnya di penghujung hayatnya Rasulullah merasa tenang, tenteram, dan siap untuk bertemu dengan Tuhannya. Rasulullah adalah sosok yang sangat baik dalam mengawasi dirinya sendiri. Ituah sebabnya di sepanjang hidupnya beliau selalu menjaga diri dengan bertanya “Apakah aku mampu menyampaikan risalah sebagaimana seharusnya? Apakah aku hidup untuk mewujudkan tujuan yang telah membuatku diutus Allah kepada umat manusia?” [1] “Semua nabi bersaudara dari garis ayah. Ibu mereka beragam. Agama mereka satu.” Maksud hadits ini adalah bahwa para nabi bersaudara dari garis ayah meski mereka berbeda dari garis ibu. Mereka juga bersepakat pada masalah dasar agama ushûl al-dîn yaitu akidah tauhid dan mereka berbeda dalam masalah cabang furû’iyyah. Lihat al-Bukhari, al-Abiyâ`, 48; Muslim, al-Fadhâ`il, 145.[2] Dikenal pula dengan nama “Edas”, penerj-[3] Al-Bukhari, Bad` al-Khalq, 7; Muslim, al-Jihâd, 111; al-Bidâyah wa al-Nihâyah, Ibnu Katsir 3/166; al-Sîrah al-Nabawiyyah, Ibnu Hisyam 2/60-63.[4] Haji Akbar adalah haji yang dilakukan dengan cara merangkai umrah dan haji sekaligus. Saat ini, banyak umat Islam yang salah mengartikan bahwa yang dimaksud Haji Akbar adalah ibadah haji yang hari pelaksanaan wukufnya jatuh pada hari Jum’at.[5] Al-Bukhari, al-Hajj, 132, al-Maghâzî, 77; Muslim, al-Hajj, 147; Ibnu Majah, al-Manâsik, 84; Abu Daud, al-Manâsik, 56. Bismillah. Segala puji hanya bagi Allah, shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, para sahabatnya serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan Ta’ala berfirmanيَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَلَا تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ“Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan taatlah kepada rasul dan janganlah kamu merusakkan pahala amal-amalmu” Qs. Muhammad 33.Ia juga berfirmanوَأَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ فَإِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَإِنَّمَا عَلَى رَسُولِنَا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ“Dan taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul, jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban Rasul Kami hanyalah menyampaikan amanat Allah dengan terang” Qs. At Taghabun 12.Allah Ta’ala juga berfirmanفَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا“Jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah Al Qur’an dan Rasul sunnahnya, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya.” QS. An Nisa 59.Ayat-ayat ini menegaskan wajibnya kita sebagai hamba Allah untuk mengikuti dalil, yaitu firman Allah dan sabda Rasul-Nya. Syaikh Abdurrahman As Sa’di menjelaskan “Allah Ta’ala memerintahkan kaum mu’minin dengan suatu perkara yang membuat iman menjadi sempurna, dan bisa mewujudkan kebahagiaan bagi mereka di dunia dan akhirat, yaitu menaati Allah dan menaati Rasul-Nya dalam perkara-perkara pokok agama maupun dalam perkara cabangnya. Taat artinya menjalankan setiap apa yang diperintahkan dan menjauhi segala apa yang dilarang sesuai dengan tuntunannya dengan penuh keikhlasan dan pengikutan yang sempurna” Taisir Karimirrahman, 789.Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin menyatakan, “sudah menjadi kewajiban bagi setiap hamba dalam agamanya untuk mengikuti firman Allah Ta’ala dan sabda Rasul-Nya, Muhammad Shallallahu alaihi Wasallam, dan mengiktuti para Khulafa Ar Rasyidin yaitu para sahabat sepeninggal beliau, dan juga mengikuti para tabi’in yang mengikuti mereka dengan ihsan” Fathu Rabbil Bariyyah, 7.Karena itulah Allah Ta’ala mengutus Rasul-Nya, Muhammad Shallallahu alaihi Wasallam, dengan membawa petunjuk dari Allah. Dan Allah telah mewajibkan seluruh manusia untuk beriman kepada beliau, secara lahir dan batin. Allah Ta’ala berfirmanقُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعاً الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لا إِلَهَ إِلاَّ هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ“Katakanlah wahai Muhammad “Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya kitab-kitab-Nya dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk“” QS. Al A’raf 158.Maka barangsiapa yang tidak mau taat kepada dalil, seolah ia tidak beriman bahwasanya Muhammad Shallallahu alaihi Wasallam adalah utusan Allah dan seolah ia tidak mengimani bahwa apa yang dibawa oleh beliau adalah petunjuk dari Allah Ta’ Shallallahu alaihi Wasallam juga bersabdaعليكم بسنتي وسُنَّةِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ المَهْدِييْنَ مِنْ بَعْدِي ، تَمَسَّكُوا بها، وعَضُّوا عليها بالنَّوَاجِذِ ،وإيَّاكُم ومُحْدَثَاتِ الأمورِ؛ فإِنَّ كلَّ بدعةٍ ضلالةٌ“Wajib bagi kalian untuk berpegang pada sunnahku dan sunnah khulafa ar rasyidin sepeninggalku. Peganglah ia erat-erat, gigitlah dengan gigi geraham kalian. Jauhilah dengan perkara agama yang diada-adakan karena setiap bid’ah adalah kesesatan” HR. At Tirmidzi no. 2676. ia berkata “hadits ini hasan shahih”.Maka wajib bagi setiap hamba untuk taat dan patuh kepada sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam yang shahihah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata “Sunnah ini, jika shahih, maka semua kaum Muslimin bersepakat bahwa wajib untuk mengikutinya” Majmu’ Al Fatawa, 19/85, dinukil dari Ushul Fiqh inda Ahlisunnah 120.Seorang hamba yang enggan untuk taat kepada sabda Rasul-Nya juga terancam untuk ditimpa fitnah keburukan dan adzab yang pedih. Allah Ta’ala berfirmanفَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ“maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih” QS. An Nuur 63.Wahai hamba Allah! Takutlah engkau akan fitnah dan adzab Allah, tundukkanlah jiwamu untuk patuh dan taat kepada Allah dan tidak halal bagi seorang Mukmin, ketika disampaikan kepadanya firman Allah dan sabda Rasul-Nya, ia memiliki pilihan yang lain yang bukan berasal dari keduanya. Allah Ta’ala berfirmanوَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak pula bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata” Qs. Al Ahzab 36.Bahkan andaikan pilihan yang lain tersebut berasal dari para ulama, tidak halal diambil ketika berhadapan dengan firman Allah dan sabda Rasul-Nya. Imam Asy Syafi’i rahimahullah juga berkataأجمع الناس على أن من استبانت له سنة رسول الله صلى الله عليه وسلم لم يكن له أن يدعها لقول أحد من الناس“Para ulama bersepakat bahwa jika seseorang sudah dijelaskan padanya sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam tidak boleh ia meninggalkan sunnah demi membela pendapat siapapun” Diriwayatkan oleh Ibnul Qayyim dalam Al I’lam 2/361. Dinukil dari Ashl Sifah Shalatin Nabi, 28 .Wahai hamba Allah, ikutilah dalil, taatilah firman Allah dan sunnah Rasul-Nya, sesuai dengan apa yang dipahami para sahabat Nabi dan orang-orang yang mengikuti mereka. Niscaya anda berada dalam petunjuk yang benar. Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirmanقُلْ أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْهِ مَا حُمِّلَ وَعَلَيْكُمْ مَا حُمِّلْتُمْ وَإِنْ تُطِيعُوهُ تَهْتَدُوا“Katakanlah Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada rasul; dan jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa yang dibebankan kepadamu. Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk…” QS. An Nuur 54.Wabillahit taufiq was sadaad.—Penulis Yulian PurnamaArtikel GAMBARAN mengenai keutamaan hari ini dan keutamaan hari Jumat sangat penting bagi umat Nabi Muhammad sebagaimana Rasul memiliki peran besar memikul akidah Islam yang menjadi bekal kaum muslim. Penjelasan mengenai hal itu pun dibahas dalam surat ke-62 yakni Al-Jumu'ah, yang berarti Hari Jumat, dalam Tafsir Al-Mishbah episode 18. Diawali dengan ayat pertama membahas tentang tasbihnya langit dan bumi kepada Allah, ayat selanjutnya membahas mengenai pengutusan Nabi Muhammad untuk mengajarkan bangsa Arab yang masih buta huruf agar bisa membaca dan menulis. Ayat ini menyatakan Nabi Muhammad yang berasal dari masyarakat Arab yang diutus untuk memberikan tuntunan ajaran kepada kaum ummiyin atau kaum buta huruf. Kata ummiyin adalah bentuk jamak dari kata ummiyy dan terambil dari kata umm atau ibu dalam arti seorang yang tidak pandai membaca dan menulis. Seakan-akan keadaanya dari segi pengetahuan sama dengan keadaanya ketika dilahirkan oleh ibunya atau sama dengan keadaan ibunya yang tak pandai membaca dan menulis. Allah menyampaikan tuntunan melalui Alquran yang dibawa Nabi Muhammad. Nabi Muhammad diutus karena memang ia pilihan yang bisa berkomunikasi dengan Allah. Manusia selalu ingin tahu, sejak dulu banyak pertanyaan muncul dan sebagian pertanyaan tidak dapat jawaban sehingga agama yang dibawa Rasul melalui tuntunan Allah datang memberi jawaban. Manusia itu makhluk sosial yang tidak bisa memenuhi kebutuhannya sendiri. Laut lebih luas dari pada daratan, kebutuhan manusia lebih banyak daripada kemampuannya. Dalam diri manusia ada egoisme sehingga perlu diatur karena manusia, masing-masing memiliki kepentingan. Analoginya di jalan raya yang semuanya ingin cepat sampai tujuan. Jika dibiarkan, bisa tabrakan. Maka harus ada polisi lalu lintas untuk mengatur, yang paling tidak punya dua syarat, yakni tidak memiliki kepentingan dan memilki pengetahuian dalam konteks pengaturan jalan. Yang mengatur lalu lintas kehidupan manusia ialah yang paling tahu dan tidak memiliki kepentingan. Allah SWT. Bukan Nabi Muhammad, karena ia juga manusia. Allah yang memberi tahu Nabi Muhammad. Lahirlah ketentuan-ketentuan agama. Terkadang kita disetop, ada yang dilarang, demi kemaslahatan kita. Ada yang dibolehkan, dan yang harus dilakukan. Ini agama, dan karena tidak semua manusia dapat berhubungan dengan Allah, maka Dia memilih rasul-Nya. Nabi Muhammad adalah rasul terakhir, sedangkan ulama-ulama, cendekiawan bertugas sebagai ahli waris Nabi yang menyampaikan. Pesan penting tentang tauhid dan semua petunjuk Allah ditujukan kepada seluruh umat manusia agar tidak tersesat. "Nabi Muhammad diutus untuk memperkenalkan, menanamkan keyakinan keesaan Tuhan, bukan untuk mengenalkan wujud Tuhan," lanjutnya. Pengutusan tersebut adalah karunia dari Allah untuk memuliakan para hamba yang dipilih-Nya, dan hanya Allah-lah pemilik karunia yang agung. Wan/H-3 Sesungguhnya Allah Ta’ala menciptakan alam semesta tidaklah dengan sia sia atau tanpa hikmah di balik penciptaan tersebut yakni penciptaan dunia menurut islam. Akan tetapi Allah memiliki maksud dan tujuan yang mulia. Allah Ta’ala berfirman “Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antaranya keduanya tanpa hikmah” QS. Shaad 27Adapun hikmah dari penciptaan jin dan manusia di alam semesta ini adalah agar mereka beribadah kepada Allah dan tidak mensekutukan Nya atau melakukan amalan masuk surga tanpa dihisab. Allah Ta’ala berfirman “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka menyembah Ku”. QS. Al Dzariyat 56Inilah tujuan yang agung dari penciptaan jin dan manusia, yaitu agar mereka hanya beribadah kepada Allah agar terhindar dari jenis neraka dalam islam. Hal ini menunjukkan bahwa tidaklah Allah menciptakan mereka karena Allah butuh kepada mereka, akan tetapi justru merekalah yang membutuhkan Allah. Dan ayat ini menunjukkan pula tentang wajibnya manusia dan jin untuk mentauhidkan Allah dan barang siapa mengingkarinya maka ia termasuk orang yang kafir, yang tidak ada balasan baginya kecuali itu Ibadah?Arti Ibadah secara bahasa adalah tunduk dan menghinakan diri serta khusyu’ agar masuk jenis surga dalam islam. Di dalam kamus Al Mu’jam Al Wasith ibadah artinya ”tunduk kepada Tuhan yang menciptakan”. Imam Al Qurthuby berkata ”Asal ibadah ialah tunduk dan menghinakan diri”. Secara istilah arti ibadah adalahsebagaimana perkataan Ibnu Katsir “Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan hal hal yang diperintahkan dan menjauhi hal hal yang dilarang”. Kemudian Ibnu Taimiyah berkata “Ibadah ialah sesuatu yang mencakup semua perkara yang dicintai dan diridhoi Allah berupa perkataan atau perbuatan yang nampak atau pun tidak nampak” serta melakukan keutamaan istiqomah dalam Hukum Ibadah?Hukum asal dari ibadah adalah haram kecuali ada dalil. Maksudnya adalah semua bentuk ibadah adalah haram untuk dikerjakan kecuali kalau ada dalil dari Al Qur’an Al Karim atau Hadits Shohih yang mewajibkannya atau mensunahkannya. Seperti sholat, puasa, zakat, haji adalah haram dikerjakan pada asalnya, namun dikarenakan ada dalil yang mewajibkannya maka hukumnya menjadi wajib untuk tentang wajibnya sholat dan zakat adalah firman Allah Ta’ala “Dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat” QS. Al Baqoroh 83 Dalil tentang kewajiban puasa adalah firman Allah Ta’ala “Hai orang orang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang orang sebelum kalian agar kalian bertakwa” QS. Al Baqoroh 183 Dalil tentang kewajiban haji adalah firman Allah Ta’ala Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah yaitu bagi orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah”. QS. Ali Imran 97 Kemudian sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam “Islam dibangun di atas lima perkara, yaitu persaksian bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah semata dan persaksian bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul –Nya, mendirikan sholat, menunaikan zakat, puasa romadhon dan pergi haji”. [ HR. Bukhari dan Muslim]Syarat Diterimanya Ibadah dalam IslamIbadah seorang hamba yang muslim akan diterima dan diberi pahala oleh Allah apabila telah memenuhi syarat utama berikut ini, yaitu IKHLASIkhlas merupakan salah satu makna dari syahadat bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah I’ yaitu agar menjadikan ibadah itu murni hanya ditujukan kepada Allah semata. Allah berfirman “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada Nya dalam menjalankan agama”. [QS. Al Bayyinah 5].“Maka beribadahlah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan mu untuk Nya.” [QS. Az Zumar 2] Kemudian Rasulullah r bersabda “Sesungguhnya Allah tidak menerima suatu amal perbuatan kecuali yang murni dan hanya mengharap ridho Allah”. [HR. Abu Dawud dan Nasa’i]TIDAK SYIRIKLawan daripada ikhlas adalah syirik menjadikan bagi Allah tandingan/sekutu di dalam beribadah, atau beribadah kepada Allah tetapi juga kepada selain Nya. Contohnya riya’ memperlihatkan amalan pada orang lain, sum’ah memperdengarkan suatu amalan pada orang lain, ataupun ujub berbangga diri dengan amalannya. Kesemuanya itu adalah syirik yang harus dijauhi oleh seorang hamba agar ibadahnya itu diterima oleh Allah . Sebagaimana sabda Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam“Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takutkan terjadi pada kalian adalah syrik kecil”, para sahabat bertanya “Wahai Rasulullah, apa itu syirik kecil ? Rasulullah menjawab “Riya’”. [HR. Ahmad] Kemudian firman Allah tentang larangan syirik ialah, “Janganlah kamu mengadakan sekutu sekutu bagi Allah padahal kalian mengetahui”. [QS. Al Baqoroh 22]TAUBAT DARI DOSA DOSAOrang yang rajin beribadah kepada Allah namun dalam waktu yang bersamaan ia belum bertaubat dari perbuatan syirik dengan berbagai bentuknya, maka semua amal ibadah yang telah dikerjakannya menjadi terhapus dan ia menjadi orang yang merugi di akhirat kelak, sebagaimana firman Allah Ta’ala“Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan”. [QS. Al An’aam 88] “Dan Sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada nabi nabi yang sebelummu. “Jika kamu mempersekutukan Tuhan, niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu Termasuk orang orang yang merugi”. [QS. Az Zumar 65]SESUAI TUNTUNAN SYARIATAl Ittiba’ Mengikuti Tuntunan Nabi Muhammad merupakan salah satu dari makna syahadat bahwa Muhammad adalah utusan Allah, yaitu agar di dalam beribadah harus sesuai dengan ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad . Setiap ibadah yang diadakan secara baru yangtidak pernah diajarkan atau dilakukan oleh Nabi Muhammad maka ibadah itu tertolak, walaupun pelakunya tadi seorang muslim yang mukhlis niatnya ikhlas karena Allah dalam beribadah. Karena sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada kita semua untuk senantiasa mengikuti tuntunan Nabi Muhammad dalam segala hal, dengan firman Nya “Dan apa apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia, dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah”.[QS. Al Hasyr 7] Dan Allah Ta’ala berfirman “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu”. [QS. Al Ahzaab 21]Dan Rasulullah juga telah memperingatkan agar meninggalkan segala perkara ibadah yang tidak ada contoh atau tuntunannya dari beliau, sebagaimana sabda beliau “Barang siapa mengamalkan suatu amalan yang tidak ada urusannya dari kami maka amal itu tertolak”. [HR. Muslim]NIAT KARENA ALLAH“Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya”. [QS. Al Kahfi 110] Berkata Ibnu Katsir di dalam menafsirkan ayat ini “Inilah landasan amal yang diterima dan diberi pahala oleh Allah, yaitu harus ikhlas karena Allah dan benar / sesuai dengan syari’at Rasulullah .”Jadi syarat ini haruslah ada pada setiap amal ibadah yang kita kerjakan dan tidak boleh terpisahkan antara yang satu dan yang lainnya. Mengenai hal ini berkata Al Fudhoil bin Iyadh “Sesungguhnya andaikata suatu amalan itu dilakukan dengan ikhlas namun tidak benar tidak sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad , maka amalan itu tidak diterima. Dan andaikata amalan itu dilakukan dengan benar sesuai dengan tuntunan Nabi tapi tidak ikhlas, juga tidak diterima, hingga ia melakukannya dengan ikhlas dan benar. Ikhlas semata karena Allah, dan benar apabila sesuai dengan tuntunan Nabi ”.Maka barang siapa mengerjakan suatu amal dengan didasari ikhlas karena Allah semata dan cocok dengan tuntunan Rasulullah niscaya amal itu akan diterima dan diberi pahala oleh Allah. Akan tetapi kalau hilang salah satu dari dua syarat tersebut, maka amal ibadah itu akan tertolak dan tidak diterima oleh Allah I. Hal inilah yang sering luput dari perhatian orang banyak karena hanya memperhatikan satu sisi saja dan tidak memperdulikan yang lainnya. Oleh karena itu sering kita dengar mereka mengucapkan “yang penting niatnya, kalau niatnya baik maka amalnya akan baik”.TIDAK BID’AHJika seseorang melakukan suatu ibadah kepada Allah dengan sebab yang tidak di syari’atkan, maka ibadah tersebut adalah bid’ah dan tertolak. Contohnya ada orang melakukan sholat Tahajjud khusus pada malam 27 Rajab dengan dalih bahwa malam itu adalah malam Isro Mi’rajnya Nabi Muhammad . Sholat Tahajjud adalah ibadah yang dianjurkan, tetapi karena dikaitkan dengan sebab tersebut yang tidak ada syari’atnya, maka ia menjadi bid’ DENGAN ATURANIbadah harus sesuai dengan syari’at dalam jenisnya. Contohnya bila seseorang menyembelih kuda atau ayam pada hari Iedul Adha untuk korban, maka hal ini tidak sah karena jenis yang boleh dijadikan untuk korban adalah unta, sapi dan JUMLAH YANG TEPATKalau ada orang yang menambahkan rokaat sholat yang menurutnya hal itu diperintahkan, maka sholatnya itu adalah bid’ah dan tidak diterima oleh Allah. Jadi apabila ada orang yang sholat Dhuhur 5 rokaat atau sholat Shubuh 3 rokaat dengan sengaja maka sholatnya tidak diterima oleh Allah karena tidak sesuai dengan tuntunan Nabi TATA CARA YANG BENARSeandainya ada orang berwudhu dengan membasuh kaki terlebih dulu baru kemudian muka, maka wudhunya tidak sah karena tidak sesuai dengan tata cara yang telah disyari’atkan oleh Allah dan Rasul Nya di dalam Al Qur’an Al Karim dan Al Hadits Asy WAKTU YANG DIANJURKANApabila ada orang yang menyembelih korban sebelum sholat hari raya Idul Adha atau mengeluarkan zakat Fitri sesudah sholat hari raya Idul Fitri, atau melaksanakan shalat fardhu sebelum masuk atau sesudah keluar waktunya, maka penyembelihan hewan korban dan zakat Fitrinyaserta shalatnya tidak sah karena tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan oleh syari’at Islam, yaitu menyembelih hewan korban dimulai sesudah shalat hari raya Idul Adha hingga sebelum matahari terbenam pada tanggal 13 Dzul Hijjah hari Tasyriq ketiga, dan mengeluarkan zakat Fitri sebelum dilaksanakannya sholat Idul TEMPAT YANG TELAH DITETAPKANApabila ada orang yang menunaikan ibadah haji di tempat selain Baitulah Masjidil Haram di Mekah, atau melakukan i’tikaf di tempat selain masjid seperti di pekuburan, gua, dll, maka tidak sah haji dan i’tikafnya. Sebab tempat untuk melaksanakan ibadah haji adalah di Masjidil Haram saja, dan ibadah i’tikaf tempatnya hanya di dalam yang dapat penulis sampaikan, semoga menjadi wawasan bermanfaat, sampai jumpa di artikel berikutnya, terima kasih.

dengan mengikuti tuntunan rasul manusia akan